"Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tak ada yang menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan" (Thomas Alfa Edison). Dari pernyataan om Thomas tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa, percuma saja orang jenius, kalau tidak dapat melakukan apapa, percuma saja orang jenius kalau toh ternyata dia tidak mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu, maka dia tidak akan berhasil dalam hidupnya.
Terus, kerja keras itu akan membuktikan kalau seseorang itu eksis, seseorang itu ada. Karena karya besar itu bukan karena orang yang jenius sejak mereka lahir, tetapi karena mereka terus melakukan sesuatu, terus berusaha mencapai keberhasilan. Kegagalan yang mereka hadapi akan mereka jadikan sebagai cambuk untuk melakukan sesuatu yang baru.
Ingat kan ketika Thomas Alfa Edison dianggap anak yang bodoh dan dia memutuskan untuk keluar dari sekolahnya. Karena sebenarnya, ukuran-ukuran yang selama ini kita pakai untuk menilai jenius atau tidaknya seseorang, pintar atau bodohnya seseorang, itu dari sudut pandang yang salah. Tidak ada seseorang yang mempunyai insting dan skill yang merata, tidak ada seseorang yang mempunyai berbagai macam talenta yang lengkap dan bernilai baik. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nilai rapor dan ujian di sekolah hanya akan membekukan pandangan kita sejauh mana pengetahuan anak-anak kita, dari sudut pandang yang keliru. Mungkin ada pengetahuan lain yang sangat menarik hatinya, mungkin ada pola pikir lain yang menyebabkan mereka tertarik pada hal lainnya. Dan jika orang tua tahu masalah ini, dan mengusahakan mereka berada pada posisi sesuai minat mereka, maka anak-anak akan menjadi jenius karena mencintai ilmu yang mereka pelajari.
Tak ada seseorang yang bodoh dan tak sukses, yang ada hanyalah cara pandang kita dan bagaimana kita menyikapi hidup. Karena setiap sikap, setiap tindakan seharusnya adalah proses kita menuju tingkatan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar